FILSAFAT
Kamis, 12 November 2015
ILMU FILSAFAT
Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,alam semesta,dan manusia,sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat di capai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
CONTOH MAKALAH MENGANALISIS PRINSIP PRINSIP PENDEKATAN SECARA HOLISTIK DALAM KONTEKS KEPERAWATAN
MAKALAH
MENGANALISIS PRINSIP PRINSIP PENDEKATAN SECARA
HOLISTIK DALAM KONTEKS KEPERAWATAN
DI SUSUN
OLEH:
KELOMPOK:
ANGGOTA :
Ø SUCI RAMADOAN
Ø ELMA SAFITRI
Ø ALAMSYAH
Ø NURMAIDAH
Ø SITI HARTINA LOUW
Ø ROSMITA
Ø RAHMAWATI
Ø RESKIANA SYAM
Ø HARSONO
Ø RISWAN
Ø AAN ARDIANSYAH
STIKPER GUNUNG SARI MAKASAR
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa,karena atas rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat
terwujud.Paparan materi yang kami sajikan dalam makalah ini mengacu pada TEORI
SISTEM.
Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya agar dapat dimengerti oleh seluruh
pembacanya. Namun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,sehingga saran pembaca sangat kami harapkan untuk pembuatan
makalah berikutnya
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan
Harapan kami kiranya makalah ini bermanfaat serta dapat meningkatkan mutu dan daya
saing pendidikan kesehatan.
Makassar,08 Oktober 2015
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Didunia
pendidikan teori sistem sangat penting dalam dunia keperawatan, karena dalam
teori sistem ini kita dapat mempelajari suatu kerangka kerja yang berhubungan
dengan keseluruhan aspek sosial manusia, struktur masalah-masalah organisasi,
serta perubahan hubungan internal dan lingkungan di sekitarnya.
Sebuah
keberhasilan sistem pelayanan kesehatan yang terjalin pada perawat, dokter atau tim kesehatan lain akan
berhasil secara sempurna apabila ada sikap saling menunjang dan menguntungkan
dalam melakukan praktek keperawatan. Sistem ini akan memberikan kualitas
pelayanan kesehatan yang efektif dan bermutu tinggi dengan melihat nilai-nilai
yang ada di masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan, keperawatan merupakan bagian
penting dalam pelayanan kesehatan.
Para
perawat diharapkan juga dapat memberikan pelayanan secara berkualitas sehingga
masyarakat akan merasa di dukung dan di perhatikan dalam meningkatkan
kesehatan, sehingga tidak ada perbedaan pendapat yang akan terjalin antara
perawat dan pasien. Di samping itu dalam menerapkan prinsip-prinsip perubahan
perawat harus menerapkannya secara bersama-sama tidak membeda-bedakan, harus
menyeluruh (Holistik).
Secara
holistik dalam keperawatan diperlukan
adanya suatu perubahan dengan merubah cara pikir masyarakat tentang jenis-jenis
pelayanan kesehatan yang muncul di dalamnya. Karena perubahan itu merupakan
suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap
(statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya dapat menyesuaikan diri
dari lingkungan yang ada atau beranjak untuk mencapai kesehatan yang optimal.
Suatu
perubahan dan sistem pelayanan
kesehatan yang ada dalam masyarakat
sangat penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka, apalagi bila
seorang perawat berhasil menerapkan praktek kesehatan yang baik dalam
masyarakat. Karena itu akan memudahkan seorang perawat dalam menyelesaikan
tugas sebagai seorang perawat, dan nantinya dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit, seorang perawat akan merasa bangga karena bisa melakukan praktek
kesehatan apapun jenisnya dan akan merasa bahwa inilah seorang perawat yang
profesional karena dapat memberikan pelayanan yang terbaik dari yang lainnya.
Kami
kelompok 2 sangat tertarik dengan materi ini, karena dalam materi ini kami
dapat mempelajari lebih luas mengenai bagaimana
seorang perawat berperan sebagai individu dan klien, dalam berinteraksi
di mana satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi terhadap tingkat kebutuhan
dan kepuasan yang merupakan fokus dari asuhan keperawatan.
1.2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan
Umum
Untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip pendekatan
secara holistik dalam bidang keperawatan.
2. Tujuan
Khusus
a.
Untuk mengetahui penerapan teori
sistem dalam keperawatan,
b.
Untuk mengetahui Konsep Berubah yang ada dalam pelayanan kesehatan
c.
Untuk mengetahui manfaat dalam Konsep Perubahan
1.3. Manfaat Penulisan
1.
Mahasiwa dapat mempelajari bagaimana cara menerapkan prinsip-prinsip
pendekatan secara holistik.
2. Mahasiswa dapat mempelajari bagaimana cara
menerapkan teori sistem dalam keperawatan.
3. Mahasiswa dapat mempelajari bahkan dapat
menerapkan konsep berubah serta bagian-bagiannya dalam melakukan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
4. Mahasiswa dapat menjadikan konsep holistik
menjadi acuan untuk lebih baik bagi perawat.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pendekatan Holistik
Holistik
merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi
dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan
mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes).
Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi
yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai
kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah
kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy
dapat digunakan.
Teori
ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan
adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan
dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam
beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat
kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang
pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis,
psikologis maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep
holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di pahami oleh perawat
agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Teori Sistem
1.
Pengertian Teori, Konsep Dan Model keperawatan
Teori adalah
hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau definisi yang
memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau
fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep
tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau
mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai
suatu pedoman dalam penelitian.
Teori
keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk menguraikan
dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan
dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan,menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau
pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Konsep
adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu objek, benda, suatu
peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa
ide, pandangan atau keyakinan. Kumpulan beberapa konsep ke dalam suatu kerangka
yang dapat dipahami membentuk suatu model atau kerangka konsep. Konsep dapat
dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk membangun sebuah rumah dimana
rumah yang dibangun diibaratkan sebagai kerangka konsep.
. Umpan
balik dalam sistem pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan
yang juga
dapat menjadikan input yang selalu meningkat .
LINGKUNGAN
Semua
keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana
dalam sistem pelayanan kesehatan disebut dengan Lingkungan, lingkungan yang
dimaksud dapat berupa lingkungan geografis, atau situasi kondisi sosial yang
ada dimasyarakat seperti institusi diluar pelayanan kesehatan . Pengertian
Teori Sistem
Teori sistem
terdiri dari subsitem yang membentuk sebuah sitem yang antara satu dengan yang
lainnya harus saling mempengaruhi. Dalam teori sistem disebutkan bahwa sistem
itu terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi
atau merupakan kumpulan dari beberapa komponen. Komponen tersebut saling
berhubungan dan merupakan bagian dari suatu tujuan umum untuk membentuk suatu
tujuan. Konsep sistem digunakan unutk menganalisis perilaku dan gejala sosial
dengan berbagai sistem yang lebih luas maupun dengan subsistem yang tercangkup
di dalamnya.
Ada dua
jenis teori sistem,
- Sistem Terbuka, seperti organ tubuh manusia atau suatu proses seperti proses keperawatan, interaksi dengan lingkungan, serta perubahan antra sistem dengan lingkungan.
- Sistem Tertutup, seperti reaksi kimia dalam suatu tabung uji tidak berhubungan dengan lingkungan.
Berikut ini
merupakan bagian-bagian dari teori system, yaitu :
1.
INPUT
Input ini
merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya
sebuah sistem, seperti sistem pelayanan kesehatan, maka masukannya berupa
potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan lain sebagainya.
2.
PROSES
Proses
adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan . Kegiatan yang berfungsi
untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan sebuah hasil yang diharapkan
dari sistem tersebut, sebagaimana contoh dalam sistem pelayanan kesehatan, maka
yang dimaksud dengan proses adalah berbagai kagiatan dalam pelayanan kesehatan.
3.
OUTPUT
Output
merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses, dalam sistem pelayanan
kesehatan hasilnya dapat berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif
dan efisien serta dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat sehingga pasien
sembuh dan sehat optimal .
4.
DAMPAK
Akibat yang
dihasilkan dari sebuah hasil dari system disebut dampak, yang terjadi relatif
lama waktunya. Setelah hasil tercapai, maka dampaknya akan menjadikan
masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan dan kematian karena pelayanan
terjangkau oleh masyarakat .
5.
UMPAN BALIK
Umpan balik
merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari
sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi
Beberapa
teori keperawatan menggunakan sistem teori sebagai dasarnya. Sebagai contoh,
Neuman (1995) menggambarkan sebuah model manusia keseluruhan dan pendekatan
sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berhubungan dengan lingkungan,
baik lingkungan eksternal maupun internal, dan interaksi manusia terhadap
tekanan lingkungan, dapat mempengaruhi kesejahteraan klien.
2. Tujuan
Teori Dan Model Keperawatan
Teori
keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan
pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai diantaranya
:
- Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik bentuk tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
- Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah keperawatan.
- Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
- Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.
3. Karakteristik
Teori Dan Model Keperawatan
Torrest
(1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima karakteristik
dasar teori keperawatan :
- Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan keperawatan
- Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis
- Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan
- Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang dilakukan melalui penelitian
- Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktek keperawatan
4. Macam-Macam
Model Teori Menurut Beberapa Ahli Keperawatan
A. Model Konsep dan Teori
Keperawatan Florence Nigtingale
Florence
merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori keperawatan yang
melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam
menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh
lingkungan di dalam perawatan orang sakit yang dikenal teori lingkungannya.
Model konsep
Florence Nigtingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus asuhan
keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model
konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan
lebih di orientasikan pada yang adequate, dengan dimulai dari pengumpulan data
dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam
rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung
dengan profesi lain.
B. Model Konsep dan Teori
Keperawatan Marta E. Rogers
Model konsep
dan teori keperawatan menurut Martha E. Rogers dikenal dengan nama konsep
manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep model dan teori ini, Martha
berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat
dan karakter yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis,
manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi dan
dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda
satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan
tersendiri.
Asumsi
tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan
manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang
utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang
terdiri dari :
a.
Integritas : Individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang
tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lain.
b. Resonansi
: Proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan
berirama dengan frekuensi yang bervariasi.
c.
Helicy : terjadinya proses interaksi
antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-lahan
maupun berlangsung dengan cepat.
C. Model Konsep dan Teori
Keperawatan Myra Levine
Model konsep
Myra Levine memandang klien sebagai makhluk hidup terintegrasi yang saling
berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungannya. Dan intervensi keperawatan
adalah suatu aktivitas konservasi dan konservasi energi adalah bagian yang
menjadi pertimbangan. Kemudian sehat menurut Levine itu dilihat dari sudut
pandang konservasi energi, sedangkan dalam keperawatan terdapat empat
konservasi di antaranya energi klien, struktur integritas, integritas personal
dan integritas social, sehingga pendekatan asuhan keperawatan ditunjukkan pada
pengguanaan sumber-sumber kekuatan klien secara optimal.
D. Virginia Henderson (Teori
Henderson)
Virginia
henderson memperkenalkan defenition of nursing (defenisi keperawatan).
Defenisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikannya.Ia menyatakan bahwa defenisi keperawatan harus menyertakan
prinsip kesetimbangan fisiologis. Henderson sendiri kemudian mengemukakan
sebuah defenisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya,
tugas unik perawat adalah membantu individu, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung
kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang
dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan,
kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untk itu. Di samping itu, Henderson juga
mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan “The Activities of
Living”.Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu
dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya
secara mandiri, tidak tergantung pada dokter.Akan tetapi perawat tetap
menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.
1.Konsep
Utama Teori Henderson
Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia
terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat
belas kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Bernapas secara
normal
2) Makan dan minum
dengan cukup
3) Membuang
kotoran tubuh
4) Bergerak dan
menjaga posisi yang diinginkan
5) Tidur dan
istirahat
6) Memilih pakaian
yang sesuai
7) Menjaga suhu
tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah
lingkungan
8) Menjaga tubuh
tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen
9) Menghindari
bahaya lingkungan yang bisa melukai
10) Berkomunikasi dengan orang
lain dalam menungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat
11) Beribadah
sesuai dengan keyakinan
12) Bekerja dengan
tata cara yang mengandung prestasi
13) Bermain atau
terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi
14) Belajar
mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
Menurut henderson, hubungan
perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat
bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
1. Perawat sebagai
pengganti (substitute) bagi pasien
2. Perawat sebagai
penolong (helper) bagi pasien
3. Perawat sebagai
mitra (partner) bagi pasien.
Pada situasi
pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti di dalam memenuhi
kebutuhan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau kemampuan pasien yang
berkurang.Di sini perawat berfungsi untuk “melengkapinya”.Setelah kondisi gawat
berlalu dan pasien berada fase pemulihan, perawat berperan sebagai penolong
untuk menolong atau membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya.
Kemandirin ini sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak
bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras saling
bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien.Sebagai mitra, perawat dan pasien
bersama-sama merumuskan rencana perawatan bagi pasien.Meski diagnosisnya
berbeda, setiap pasien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis
dan faktor lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau
budaya, serta kekuatan fisik dan intelektual.
Kaitannya
dengan hubungan perawat-dokter, Henderson berpendapat bahwa perawat tidak boleh
selalu tunduk mengikuti perintah dokter. Henderson sendiri mempertanyakan
filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada pasien atau
tenaga kesehatan lainnya.
E. Imogene King (Teori King)
King
memahami model konsep dan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan
sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan,
sehingga King mengemukakan dalam model konsep interaksi.
Dalam
mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi
adanya system personal, system interpersonal dan system social yang saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut King
system personal merupakan system terbuka dimana didalamnya terdapat persepsi,
adanya pola tumbuh kembang, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan
lingkungan, kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara
perawat dan pasien serta hubungan social yang mengandung arti bahwa suatu
interaksi perawat dan pasien dalam menegakkan system social, sesuai dengan
situasi yang ada. Melalui dasar sistem tersebut, maka King memandang manusia
merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan
objek. Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas
dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang dan
sebagai makhluk social manusia akan hidup bersama orang lain yang akan
berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan
hal tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar yaitu:
1.
Informasi kesehatan
2.
Pencegah penyakit
3.
Kebutuhan terhadap perawat ketika sakit
F.
Dorothe E. Orem (Teori Orem)
Pandangan
Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperewatan mandiri serta mengatur dalam
kebutuhannya. Dalam konsep keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori
self care diantaranya :
1.
Perawatan Diri Sendiri (self care)
Dalam teori
self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi : pertama, self
care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu
serta dilaksanakan oleh individu itun sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan, keshatan serta kesejahteraan
kedua, self
care agency, merupakan suatu kemampuan inidividu dalam melakukan perawatan diri
sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural,
kesehatan dan lain-lain.
ketiga,
adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan
tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatn diri
sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat ;
keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada
penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan
dengan prises kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi
tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah aktivitas sehari-hari
(ADL) dengan mengelompokkan kedalamkebutuhan dasar manusianya.
2.
Self Care Defisit
Merupakan
bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan
kepereawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan
pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta
adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam
peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas.
3.
Teori Sistem Keperawatan
Merupakan
teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien
terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan
tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri,kebutuhan pasien dan kemampuan pasien
dalam melakukan perawatan mandiri.
G.
Jean Watson (Teori Watson)
`
Jean
Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada
unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa
manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan
diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi
kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi,
kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas
dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan
kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu
kebutuhan aktualisasi diri.
Teori human
caring
Teori Jean
Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “human science and
humancare”. Watson percaya bahwa focus utama dalam keperawatan adalah pada
carative factor yang bermula dari perspektif himanistik yang dikombinasikan
dengan dasar poengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan
filososfi humanistic dan system nilai serta seni yang kuat.Filosofi humanistic
dan system nilai ini member fondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan, sedangkan
dasar seni dapat membantu perawat menbgembangkan vidsi mereka serta nilai-nilai
dunia dan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir
kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan
keperawatan, namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan
penyakit.
Asumsi dasar
tentang ilmu keperawatan Watson
Beberapa
asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut:
1.
Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan diperaktikkan secara interpersonal.
2.
Asuhan keperawatterlaksana oleh adanya factor carative yang menghasilkan
kepuasan pada kebutuhan manusia.
3. Asuhan
keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan individu
dan keluarga.
4.
Respons asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang sebagaimana mereka
sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nantinya.
5.
Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan
perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi seseorang untuk memilih
kegiatan yang tebaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.
H. Sister Calista Roy (Teori
Roy)
Model
Adaptasi Roy
ROY
berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam model adaptasi keperawatan,
yakni keperawatan, tenaga kesehatan, lingkungan, dan sehat.
1.
Elemen keperawatan
Keperawatan
adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam
melaksanakan praktik keperawatan (Roy, 1983).
Lebih
spesifik Roy (1986) berpendapat bahwa keperawatan sebagai ilmu dan
praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok
terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif.
Keperawatan
memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu kesatuan yang utuh untuk
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan berespons
terhadap stimulus internal yang mempengaruhi adaptasi.Jika stressor terjadi dan
individu tidak dapat menggunakan “koping” secara efektif maka individu tersebut
memerlukan perawatan.
Tujuan
keperawatan adalah meningkatkan interaksi individu dengan lingkungan, sehingga
adaptasi dalam setiap aspek semakin meningkat.Komponen-komponen adaptasi
mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan saling
ketergantungan.
2.
Elemen manusia
Manusia
merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu suatu kumpulan unit yang saling
berhubungan mempunyai masukan, proses kontrol, keluaran dan umpan balik (Roy,
1986). Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan
adaptasi secara spesifik. Manusia dalam sistem ini berperan sebagai kognator
dan regulator (pengaturan) untuk mempertahankan adaptasi.
Terdapat
empat cara adaptasi, mencakup adaptasi terhadap fungsi fisologis, konsep diri,
fungsi peran dan terhadap kebutuhan saling ketergantungan.
Pada model
adaptasi keperawatan, manusia dilihat dari sistem kehidupan yang terbuka,
adaptif, melakukan pertukaran energi dengan zat/benda dan lingkungan.
Manusia
sebagai masukan dalam sistem adaptif, terdiri dari lingkungan eksternal dan
internal. Proses kontrol manusia adalah mekanisme koping yakni sistem regulator
dan kognator. Keluaran dari sistem ini dapat berupa respons adaptif atau
respons tidak efektif.
3.
Elemen lingkungan
Lingkungan
didefenisikan sebagai semua kondisi, keadaan, dan faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.
4.
Elemen sehat
Kesehatan
didefenisikan sebagai keadaan yang muncul atau proses yang terjadi pada mahluk
hidup dan terintegrasi dalam individu seutuhnya (Roy, 1984).
Proses
adaptasi
Proses
adaptasi melibatkan seluruh fungsi secara holistik, mencakup semua interaksi
individu dengan lingkungannya dan dibagi menjadi dua proses, seperti yang
berikut.
1. Proses
yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal. Perubahan
ini merupakan stresor atau stimulus fokal. Apabila stresor atau stimulus
tersebut mendapat dukungan dari faktor-faktor konseptual dan resitual maka
akanmuncul interaksi yang biasa disebut stres. Dengan demikian adaptasi sangat
diperlukan untuk mengatasi stres.
2.
Proses mekanisme koping yang dirangsang untuk menghasilkan respons adaptif atau
tidak efektif. Hasil dari proses adaptasi adalah suatu kondisi yang dapat
meningkatkan pencapaian tujuan individu mencakup kelangsungan hidup,
pertumbuhan, reproduksi, dan integritas.
Pengertian Berubah dan Perubahan
·
Berubah
secara umum adalah bagian dari kehidupan setiap orang; berubah adalah cara
seseorang bertumbuh, berkembang, dan beradaptasi.
·
Berubah
secra khusus adalah perawat harus berubah yang awalnya yang tidak profesional
menjadi perawat yang profesional.
·
Perubahan
secara umum adalah suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan
dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya dapat
menyesuaikan diri dari lingkungan yang ada. Perubahan dapat positif atau
negatif terencana atau tidak terencana.
·
Perubahan
secara khusus adalah Perawat harus mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan
dari individu sehingga memudahkannya untuk mengetahui apakah perubahan yang
terjadi pada pasien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
Ø Perubahan Dalam Keperawatan
Dalam
perkembangannya keperawatan juga mengalami proses perubahan seiring dengan
kemajuan dan teknologi. Alasan terjadinya perubahan dalam keperawatan antara
lain:
1).Keperawatan Sebagai Profesi
Keperawatan
sebagai profesi yang diakui oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan
melalui asuhan keperawatan tentu akan dituntut untuk selalu berubah kearah
kemandirian dalam profesi keperawatan, sehingga sebagai profesi akan mengalami
perubahan kearah professional dengan menunjukan agar profesi keperawatan diakui
oleh profesi bidang kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.
2).Keperawatan Sebagai Bentuk
Pelayanan Asuhan Keperawatan
Keperawatan
sebagai bentuk pelayanan asuhan keperawatan
professional yang diberikan kepada masyarakat akan terus memenuhi
tuntutan kebutuhan masyarakat dengan mengadakan perubahan dalam penerapan model
asuhan keperawatan yang tepat, sesuai dengan lingkup praktek keperawatan.
3).Keperawatan Sebagai Ilmu
Pengetahuan
Keperawatan
sebagai ilmu pengetahuan terus selalu berubah dan berkembang sejalan dengan
tuntutan zaman dan perubahan teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan
perubahan melalui penelitian keperawatan sehingga ilmu keperawatan diakui
secara bersama oleh disiplin ilmu lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam
keilmuan.
4).Keperawatan Sebagai Komunikasi
Keperawatan
sebagai komunikasi dalam masyarakat ilmiah harus selalu menunjukkan jiwa
professional dalam tugas dan tanggung jawabnya dan selalu mengadakan perubahan
sehingga citra sebagai profesi tetap bertahan dan berkembang.
Ø Manfaat perubahan dalam keperawatan
a)
Meningkatkan
kesejahteraan dan kenyamanan bagi perawat dan klien,
b) Meningkatkan
profitability,
c) Meningkatkan
kinerja ,
d) Memberikan
kepuasan bagi individu dan kehidupan sosialnya.
Ø Ciri-ciri perawat profesional. :
a) Care ( peduli )
b) Empati.
c) Altuisme ( mementingkan kesejahteraan ).
d) Berbuat
baik.
e) Justice (
keadilan ).
f) Tidak
merugikan.
g) Jujur.
h) Menepati janji.
i) Kerahasiaan.
j) Akuntabilitas.
B.KONSEP
BERUBAH DALAM KEPERAWATAN.
Berubah adalah bagian dari kehidupan setiap orang;
berubah adalah cara seseorang bertumbuh, berkembang, dan beradaptasi. Perubahan
dapat positif atau negatif terencana atau tidak terencana. Perubahan adalah
proses membuat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya ( Sullivan dan Decker,2001). Jadi Perubahan adalah suatu
proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis)
menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya dapat menyesuaikan diri dari
lingkungan yang ada.
Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.
Proses berubah bersifat integral dengan banyak bidang keperawatan, seperti pendidikan kesehatan, perawatan klien, dan promosi kesehatan. Proses berubah ini melibatkan klien individu, keluarga, komunitas, organisasi, keperawatan sebagai profesi, dan seluruh sistem pemberian perawatan kesehatan
Perubahan dapat meliputi mendapatkan pengetahuan, mendapatkan keterampilan baru, atau mengadaptasi pengetahuan saat ini dari segi informasi baru. Perubahan ini terutama sulit saat muncul tantangan terhadap nilai dan keyakinan seseorang, cara berpikir, atau cara berhubungan. Misalnya, orang yang kecewa menjadi marah dan berbuat negatif serta melakukan perilaku destruktif (Tomey,2000).
Bagi sebagian individu, perubahan dapat dipandang sebagai suatu motivator dalam meningkatkan prestasi atau penghargaan. Tapi kadang-kadang perubahan juga dipandang sebagai sesuatu yang mengancam keberhasilan seseorang dan hilangnya penghargaan yang selama ini didapat.
Perubahan muncul dalam beberapa macam, ada yang bersifat positif dan yang bersifat negatif. Perubahan positif dapat membawa pandangan individu menjadi lebih berkembang, menjadi lebih luas cara berpikirnya. Perubahan negatif dapat menyebabkan individu menjadi menurun atau terfokus pada hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri.
Perawat harus mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan dari individu sehingga memudahkannya untuk mengetahui apakah perubahan yang terjadi pada pasien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Disamping itu perubahan yang terjadi pada seorang pasien bergantung pada bagaimana sikap seorang perawat melakukan pelayanan kesehatan. Contohnya, dalam memberikan pelayanan kepada seorang pasien yang sedang sakit parah. Peran seorang perawat disini sangat penting, karena seorang pasien yang sakit parah sangat membutuhkan banyak dukungan bahkan perhatian baik dari keluarganya maupun dari perawat itu sendiri. Tapi jika sikap seorang perawat itu tidak memperhatikan apa yang sedang dibutuhkan pasien tersebut maka dalam hal ini, seorang perawat di anggap gagal dalam melakukan pelayanan terhadap pasien. Karena salah satu bagian yang sangat penting, ketika menjadi seorang perawat adalah bagian dari melayani.
Ketika kita melayani dengan sungguh-sungguh kepada seseorang (pasien), tanpa melihat latar belakang dari orang (pasien) tersebut, itu dapat di ibaratkan kita sedang melayani Tuhan. Karena jika kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, maka dampak yang akan kita peroleh juga terutama kita sebagai seorang perawat, lebih besar dan akan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.
Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.
Proses berubah bersifat integral dengan banyak bidang keperawatan, seperti pendidikan kesehatan, perawatan klien, dan promosi kesehatan. Proses berubah ini melibatkan klien individu, keluarga, komunitas, organisasi, keperawatan sebagai profesi, dan seluruh sistem pemberian perawatan kesehatan
Perubahan dapat meliputi mendapatkan pengetahuan, mendapatkan keterampilan baru, atau mengadaptasi pengetahuan saat ini dari segi informasi baru. Perubahan ini terutama sulit saat muncul tantangan terhadap nilai dan keyakinan seseorang, cara berpikir, atau cara berhubungan. Misalnya, orang yang kecewa menjadi marah dan berbuat negatif serta melakukan perilaku destruktif (Tomey,2000).
Bagi sebagian individu, perubahan dapat dipandang sebagai suatu motivator dalam meningkatkan prestasi atau penghargaan. Tapi kadang-kadang perubahan juga dipandang sebagai sesuatu yang mengancam keberhasilan seseorang dan hilangnya penghargaan yang selama ini didapat.
Perubahan muncul dalam beberapa macam, ada yang bersifat positif dan yang bersifat negatif. Perubahan positif dapat membawa pandangan individu menjadi lebih berkembang, menjadi lebih luas cara berpikirnya. Perubahan negatif dapat menyebabkan individu menjadi menurun atau terfokus pada hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri.
Perawat harus mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan dari individu sehingga memudahkannya untuk mengetahui apakah perubahan yang terjadi pada pasien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Disamping itu perubahan yang terjadi pada seorang pasien bergantung pada bagaimana sikap seorang perawat melakukan pelayanan kesehatan. Contohnya, dalam memberikan pelayanan kepada seorang pasien yang sedang sakit parah. Peran seorang perawat disini sangat penting, karena seorang pasien yang sakit parah sangat membutuhkan banyak dukungan bahkan perhatian baik dari keluarganya maupun dari perawat itu sendiri. Tapi jika sikap seorang perawat itu tidak memperhatikan apa yang sedang dibutuhkan pasien tersebut maka dalam hal ini, seorang perawat di anggap gagal dalam melakukan pelayanan terhadap pasien. Karena salah satu bagian yang sangat penting, ketika menjadi seorang perawat adalah bagian dari melayani.
Ketika kita melayani dengan sungguh-sungguh kepada seseorang (pasien), tanpa melihat latar belakang dari orang (pasien) tersebut, itu dapat di ibaratkan kita sedang melayani Tuhan. Karena jika kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, maka dampak yang akan kita peroleh juga terutama kita sebagai seorang perawat, lebih besar dan akan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.
1. Kecepatan Perubahan
Kecepatan suatu perubahan akan meliputi berbagai aspek di antaranya :
a. Jenis dan kecepatan suatu perubahan akan mempengaruhi sistem respon terhadap perubahan itu sendiri
b. Perubahan yang terjadi dengan cepat memungkinkan seseorang resisten terhada perubahan,
c. Perubahan yang sangat lambat, biasanya diasumsikan sebagai yang mudah untuk diimplementasikan.
2. Pola Perubahan
Pola perubahan meliputi :
a. Perubahan dapat berlangsung terus menerus , kadang-kadang, atau jarang,
b. Perubahan yang dapat diprediksi menungkinkan adanya persiapan, tetapi yang bersifat tiba-tiba atau tidak dapat diperkirakan akan sulit merespon secara efektif,
c. Perubahan yg tiba-tiba akan sulit untuk ditangani.
3. Karakteristik Perubahan
Karakteristik perubahan yaitu :
a. Tidak semua perubahan itu sama,
b. Tidak dapat dianalisis bersama-sama,
c. Berbeda : jenis, intensitas, pola,dan kecepatan.
4. Alasan Perubahan diperlukan
Alasan mengapa perubahan itu diperlukan dalam praktek keperawatan yaitu:
a. Meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi perawat dan klien,
b. Meningkatkan profitability,
c. Meningkatkan kinerja ,
d. Memberikan kepuasan bagi individu dan kehidupan sosialnya.
C.KONSEP
HOLISTIK CARE
KONSEP HOLISTIC CARE didasarkan pada konsep keperawatan holistik yang
meyakini bahwa penyakit yang dialami seseorang bukan saja merupakan masalah
fisik yang hanya dapat diselesaikan dengan pemberian obat semata. Pelayanan
keperawatan holistik memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih memperhatikan
keutuhan aspek kehidupan sebagai manusia yang meliputi kehidupan jasmani,
mental, sosial dan spiritual yang saling mempengaruhi. Klinik ini tidak saja
menawarkan pelayanan keperawatan dengan memanfaatkan teknologi perawatan moderen
maupun beragam terapi alternatif ataupun komplementer, tetapi juga pelayanan
konseling dan promosi kesehatan untuk semua
1.Caring
Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga
didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth
et all, 1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan
niat baik
Konsep Caring
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang
berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring
dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik .
Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada
tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga
memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel
mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang
lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan
bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan Marriner dan Tomey
(1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari
praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal.Caring bukan semata-mata
perilaku. .Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam
aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial.Bersikap caring untuk klien dan
bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan.Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata
yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai media
pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs,
1999).
2.Human care merupakan hal yang mendasar dalam
teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson (1979), human
care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau
mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam
sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri .Watson (1979) yang terkenal
dengan Theory of Human Care, mempertegas bahwa caring sebagai
jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan
untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian
mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh .
. 1.Teori Konsep Caring Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa
teori.
a. Menurut Jean Watson, ada
tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah :
1. caring
hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal,
2. caring terdiri dari faktor karatif yang
berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien,
3. caring
yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,
4. caring merupakan respon yang diterima oleh
seseorang tidak hanya saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah
seseorang tersebut nantinya,
5. lingkungan yang penuh caring sangat
potensial untuk mendukung perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang
dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri,
6. caring
lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara pengetahuan
biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam
peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit
, 7. caring
merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995). Watson juga menekankan dalam
sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor karatif yang berasal dari
perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar.
Faktor karatif membantu perawat
untuk menghargai manusia dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari
pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan
dalam melayani dan membantu klien.
Sepuluh faktor karatif tersebut adalah sebagai berikut :
1.Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic. Perawat menumbuhkan
rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien.Selain itu, perawat juga
memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
klien.
2. Memberikan kepercayaan-harapan
dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di
samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan
kesehatan.
3. Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar
menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi
lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling
percaya. Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap
empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang
diperlukan dalam faktor ini antara lain adalah kongruen, empati, dan
kehangatan.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan
klien.
6. Penggunaan sistematis metoda
penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda
proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.
7. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan
mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk
pertumbuhan personal klien.
8. Menciptakan lingkungan fisik,
mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali
pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi
penyakit klien.
9. Memberi bimbingan dalam memuaskan
kebutuhan manusiawi. Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan
klien.Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat
selanjutnya.
10. Mengijinkan terjadinya tekanan
yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien
dapat dicapai. Kadang-kadang seorang klien perlu dihadapkan pada
pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif.
Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang
diri sendiri (Julia, 1995). Dari kesepuluh faktor karatif tersebut,
Watson merumuskan tiga faktor karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep
caring.
Tiga faktor karatif tersebut adalah
pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik, memberikan harapan dan
kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang
lain (Julia, 1995). Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu
dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani
sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain
itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk
lebih memahami diri sebelum memahami orang lain (Nurahmah, 2006). Leininger
(1991) mengemukakan teori “culture care diversity and universality”, beberapa
konsep yang didefinisikan antara lain :
1.kultural berkenaan dengan
pembelajaran dan berbagi sistem nilai, kepercayaan, norma, dan gaya hidup antar
kelompok yang dapat mempengaruhi cara berpikir, mengambil keputusan, dan
bertindak dalam pola-pola tertentu;
2.keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi dan
perbedaan dalam arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care antara
sekelompok orang yang berhubungan, mendukung, atau perbedaan dalam
mengekspresikan humancare;
3. cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas dalam
pembelajaran dan pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup yang mendukung
dan memfasilitasi individu atau kelompok dalam upaya mempertahankan kesehatan,
meningkatkan kondisi sejahtera, mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan;
4. dimensi struktur sosial dan
budaya terdiri dari keyakinan/agama, aspek sosial, politik, ekonomi,
pendidikan, teknologi, budaya, sejarah dan bagaimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda;
5.care sebagai kata benda diartikan
sebagai fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan bimbingan,
bantuan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan untuk orang lain dalam
meningkatkan kondisi kehidupannya;
6.care sebagai kata kerja diartikan
sebagai suatu tindakan dan kegiatan untuk membimbing, mendukung, dan ada untuk
orang lain guna meningkatkan kondisi kehidupan atau dalam menghadapi kematian;
7. caring dalam profesionalisme
perawat diartikan sebagai pendidikan kognitif dan formal mengenai pengetahuan
care serta keterampilan dan keahlian untuk mendampingi, mendukung, membimbing,
dan memfasilitasi individu secara langsung dalam rangka meningkatkan kondisi
kehidupannya, mengatasi ketidakmampuan/kecacatan atau dalam bekerja dengan
klien (Julia, 1995, Madeline,1991).
Sebagai seorang perawat, kemampuan
care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan
asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Lydia Hall mengemukakan
perpaduan tiga aspek tersebut dalam teorinya
.Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang
ibu.
Core merupakan dasar dari ilmu sosial
yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain.
Sedangkan Cure merupakan
dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan
secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia,
1995). Menurut Boykin dan Schoenhofer, pandangan seseorang terhadap
caring dipengaruhi oleh dua hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep
perawat sebagai disiplin ilmu dan profesi. Kemampuan caring tumbuh di sepanjang
hidup individu, namun tidak semua perilaku manusia mencerminkan caring
(Julia, 1995). Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang
terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien adalah hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan
pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien.Hubungan ini diharapkan
dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk
bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
2. Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda
yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau
isu-isu yang berhubungan dengan manusia.
Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas
hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem
beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.
Humanisme modern dibagi kepada dua aliran.Humanisme keagamaan/religi
berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan dan diikuti banyak seniman, umat
Kristen garis tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian bebas.Pandangan
mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari keberhasilan
serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia.
Humanisme sekular mencerminkan
bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama.Humanisme
sekular juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan untuk
memperoleh kesadaran diri melalui logika.Orang-orang yang masuk dalam kategori
ini menganggap bahwa mereka merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat
umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-istiadat
dan agama setempat.
Dampak positif Teknologi bagi Humanisme Didalam hal ini saya menyatakan
teknologi dapat memberikan pengaruh positif bagi kehidupan manusia / humanism
dikarenakan, dengan adanya teknologi manusia dapat melakukan kegiatan apapun
yang di inginkan nya menjadi lebih mudah,
sebagai contohnya : Dalam segi
informasi setiap manusia sekarang dapat dengan mudah meng akses informasi
apapun yang mereka inginkan hanya dengan menggunakan teknologi internet yang
saat ini bisa digunakan melalui media Komputer, Laptop, Netbook, maupun Telepon
genggam.
Sehingga dimana pun mereka berada
dan kapanpun mereka inginkan maka setiap saat orang – orang bisa mendapatkan
segala macam berita yang mereka inginkan Selain itu dalam bidang Komunikasi
dengan adanya perkembangan teknologi khususnya dibidang komunikasi yang baik,
mampu memberi dampak yang sangat baik juga bagi setiap orang, karena
perkembangan teknologi dibidang komunikasi yang semakin baik ini mampu membuat
manusia mudah berkomunikasi dengan siapapun yang mereka inginkan, seperti
anggota keluarganya yang jauh dari mereka, lalu klien kerja, lalu teman –
teman, dan lain – lain.
Contoh nya : saat ini kegiatan
komunikasi yang dilakukan oleh orang – orang yang berada jauh dari keluarganya
dapat tetap dengan mudah berkomunikasi dengan hanya menggunakan telpon genggam,
tanpa harus berada tepat didepan keluarganya, namun jika ingin berkomunikasi
dengan melihat keluarganya maka dapat menggunakan fasilitas video call, Yahoo
Massenger, dan lain – lain. Sehingga walaupun berada jauh dari keluarga tapi
akan tetap merasa dekat.
Dalam segi Transportasi dengan adanya perkembangan teknologi memiliki
banyak dampak positif nya bagi manusia karena dengan itu orang – orang bisa
bepergian kemana saja di dunia ini hanya dengan menggunakan alat transportasi
yang ada, seperti : Pesawat, Kereta Api, Kapal Laut, Mobil, Motor, dan lainnya
sehingga tidak membutuhkan banyak waktu untuk mencapai lokasi tujuan yang
mereka inginkan.
Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan sekitarnya dalam beberapa cara.
Dalam masyarakat, teknologi telah membantu mengembangkan ekonomi yang lebih
maju (termasuk ekonomi global saat ini). Tetapi banyak proses‐proses
teknologi juga yang dapat merugikan manusia juga karena menghasilkan produk
yang tidak diinginkan, Dampak Negatif Teknologi bagi Humanisme.
Didalam hal ini dengan adanya teknologi tidak hanya memberikan keuntungan
dalam Humanisme, tetapi juga terdapat dampak yang merugikan bagi kehidupan
manusia itu sendiri (Humanisme).
Hal – hal yang merugikan Humanisme antara lain yaitu:
Didalam segi informasi: Dengan
adanya perkembangan teknologi maka proses kegiatan memproduksi nya pun semakin
cepat dan semakin banyak pula sumber daya alam yang digunakan , sebagai contoh:
Dengan adanya kemajuan teknologi di dalam kegiatan Informasi maka dengan
mudahnya mengakses informasi banyak orang yang kini mengakses informasi hanya
dengan menggunakan fasilitas internet yang terdapat di Telepon genggam maupun
Laptop nya saja sehingga tidak perlu susah payah untuk membeli Koran maupun
majalah, dengan kejadian seperti ini maka banyak orang maupun industry yang
dirugikan, salah satunya yaitu pada industry media cetak yang semakin lama
semakin berkurang peminatnya, bahkan banyak yang akhirnya bankrupt dan akhirnya
banyak nya para karyawan media cetak tersebut menjadi pengangguran. Didalam
segi Komunikasi Dengan adanya kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi
membuat orang – orang menjadi kurang nya bersosialisasi dengan orang lain, hal
ini dikarenakan orang – orang banyak yang berkomunikasi dengan orang lain hanya
menggunakan media – media komunikasi saja meskipun mereka berada pada sebuah
lokasi yang sama, yang akhirnya mampu menyebabkan kesenjangan social dapat
terjadi. Dalam segi Transportasi Dengan banyaknya alat transportasi saat ini
selain memberikan dampak positif bagi Humanisme ternyata juga dapat memberikan
dampak negative bagi kehidupan manusia, Dampak negative yang di timbulkan yaitu
semakin banyaknya Media transportasi yang ada di dunia ini maka semakin banyak
juga Sumber Daya Alam yang digunakan untuk menjadi bahan bakar alat
Transportasi tersebut seperti Minyak Bumi, Pohon-pohon dan Sumber Daya Alam
lainnya yang dapat menjadi bahan bakar Alat Transportasi, sehingga akhirnya
dapat merusak ekosistem alam yang dapat berpengaruh pada kestabilan bumi dan
akhirnya juga dapat merugikan manusia itu sendiri, dan juga banyak menghasilkan
“Polusi” yang dapa merusak udara di bumi dan juga dengan adanya “Polusi” dapat
juga menyebabkan penyakit bagi manusia, karena oksigen yang dihirup oleh
manusia sudah rusak karena sudah tercampur oleh kotoran yang tercampur pada gas
buang kendaraan yang semakin banyak. Dengan hal ini dapat saya jelaskan bahwa
kegiatan yang terjadi karena Sosial Media dan Perubahan Sosial selain terdapat
dampak positif juga terdapat dampak negative juga, oleh karena itu mari kita
minimalisir kan dampak negative itu sendiri agar menjadi dampak positif yaitu
dengan melakukan kegiatan – kegiatan yang lebih baik lagi dalam menggunakan
Teknologi yang tersedia.
3.HOLISME
Holisme adalah nama yang diberikan kepada keyakinan bahwa adalah penting
bahwa semua terkait erat. Holistik Sebuah melihat dirinya terus-menerus sebagai
bagian dari keseluruhan dan menganggap yang lain (manusia, hewan, tumbuhan atau
objek) sebagai yang lain aku. Holistik ini memandang pemisahan sebagai ilusi
yang diciptakan oleh pikiran.
Transcultural
Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.
D.KEPERAWATAN
LINTAS BUDAYA
Konsep dalam Transcultural Nursing
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan
budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4.
Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.
5. Etnis
berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras
adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia
mendiskreditkan asal muasal manusia
7. Etnografi
adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care
adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring
adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
10. Cultural
Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11.
Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.
Paradigma
Transcultural Nursing
Leininger (1985)
mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew
and Boyle, 1995).
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew
and Boyle, 1995).
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau
kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2.Sehat
Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3.
Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai
keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses
atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan
budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga
klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,
misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga
klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,
misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cara II :
Negosiasi budaya
Intervensi
dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien
agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang
lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien
agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang
lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi
budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
Proses keperawatan Transcultural Nursing
Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and
Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and
Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian
adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada “Sunrise Model” yaitu :
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada “Sunrise Model” yaitu :
a.
Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan
individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah
hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan
.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger
and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang
dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger
and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang
dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a.
Cultural care preservation/maintenance
1) perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam
perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak
terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik
c. Cultual
care repartening/reconstruction
1) Beri
kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan
tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
kelompok
3) Gunakan
pihak ketiga bila perlu
4)
Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan
informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba
untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
BAB 4
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
teori diatas kami kelompok dapat menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip keperawatan
secara holistik yang di dalamnya memiliki teori sistem dan konsep berubah
merupakan bahan ajar yang memudahkan kami sebagai seorang perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sistem
akan berjalan lancar apabila di gerakkan secara bersama- sama tanpa
mengesampingkan yang lainnya. Begitu juga dengan konsep perubahan. Perubahan dapat membawa
individu menjadi lebih berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.
4.2. Saran
1. Sebaiknya
sebagai seorang perawat, apabila akan melakukan pelayanan kesehatan, perawat
harus mempelajari dahulu apa-apa yang menjadi prioritas dalam memberikan
pelayanan kesehatan sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan pasien.
2. Perawat harus
mempelajari sistem dan perubahan yang ada dalam diri seorang pasien tanpa
membandingkan status ekonomi dari pasien tersebut sehingga tidak menimbulkan
perbedaan pendapat.
3. Hadapi setiap
perubahan dengan tenang dan penuh humor (yakinlah bahwa perubahan adalah hal yg
sulit, dan menjadi agen pembaharuan akan lebih sulit).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2008. Perubahan Dalam Keperawatan.
Wikipedia. Jakarta. Dalam http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/05/07/perubahan-dalam-keperawatan/. Diakses
pada 31 Agustus 2010 Pukul 13:05 wita
Anonim.
2010. Aplikasi Teori Adaptasi Dalam Kasus
Discectomi. Wikipedia. Jakarta. Dalam
http:///F:/aplikasi-teori-adaptasi-dalam-kasus.html. Diakses
pada 31 Agustus 2010 Pukul 14:01 wita
Arifiyanto, Dafid. 2008. Konsep Berubah. Wikipedia. Jakarta. Dalam
Langganan:
Postingan (Atom)